Hari-hari berlalu setelah Wisha punya pacar
baru, tapi setiap malam pikirannya selalu terganggu dengan hal yang sebenarnya
aneh. “Raihan” Wisha menyebutkan namanya di suatu malam, yaah Wisha selalu
memikirkan Raihan, padahal Wisha sekarang sudah menjadi pacar Rama, sungguh
ironi.
Hati manusia siapa yang tau.
Wisha duduk tertegun di balkon rumahnya
tempat Wisha selalu menikmati pemandangan langit, namun kali ini beda, seolah Wisha
sangat benci melihat langit sekarang, Wisha selalu ingat Raihan, sedangkan
Wisha yakin Raihan tidak memikirkannya sama sekali. Raihan sekarang menghilang,
mungkin membencinya, karena setiap kali Wisha mencoba menghubungi Raihan, hanya
sakit yang selalu Wisha dapatkan. Balasan sms yang selalu singkat, dan
tak pernah lagi Raihan menyapanya di manapun mereka bertemu seolah menjadi
pusat permasalah saat ini. Terakhir Wisha mendapat kabar bahwa Raihan sedang
berada di luar kota.
Setelah sebulan lamanya Wisha berpacaran,
ketika jiwanya masih labil, Wisha diputuskan oleh Rama, dengan alasan kalau
Rama sudah berjanji kepada Allah untuk tidak berpacaran dulu, padahal selama
mereka berpacaran, mereka tidak pernah ada masalah, tak pernah Wisha sakit
hati, ataupun sebaliknya, seingat Wisha ia tak pernah menyakiti hati Rama, tapi
memang keadaan seperti ini. Ini adalah bagian yang sangat sulit, dan tidak
Wisha mengeti.
Seolah langit runtuh menimpanya, Wisha sangat
hancur. Dengan segala yang terjadi saat ini. Rasa sakit hati karena Wisha di
putuskan, dan rasa sakit kehilangan. Entah kenapa, yang lebih Wisha rasakan
adalah rasa sakit kehilangan. Wisha bingung, dan takut untuk
mengakuinya, sehingga Wisha pun hanya bisa diam merasakan sakit yang sangat
mengganngunya, sampai-sampai kesehatan Wisha pun terganggu.
Sudah seminggu lalu ia sakit, dan teman-teman
tedekat Wisha pun tidak mengetahuinya, ia hanya diam di rumah, terkadang keluar
rumah tapi berpura-pura bahwa ia sehat, padahal Wisha mempunyai gangguan saraf
mata, dan terkadang selalu kambuh dimanapun dan kapanpun. Wisha pernah pergi ke
kantor pos, dan sepulang ia dari kantor pos, serasa pandangannya kabur, apapun
yang ada di sekitarnya seolah berputar, pusing yang tiba-tiba datang itu
membuatnya duduk di sisi trotoar, menunduk, dan nyaris menangis menahan sakit,
tapi Wisha menahannya.
Sesampainya Wisha di kamarnya, ia tidak bisa
menahan sakitnya, kepalanya berputar dan ia tak ingat apa-apa lagi.
0 komentar:
Posting Komentar