RSS

cerpen (Jangan Pergi Sayang)

KARYAKU.


Sore ini, gerimis mulai turun, matahari sudah tak terlihat lagi wujudnya terhalang awan yang kelam, birunya langit kini tak dapat disaksikan lagi, warna cemerlang keperakan yang selalu hadir disetiap sore seperti biasanya kini hilang. Hari ini hari jum’at hari pertama dimana sekolah Tahzan mengadakan Perjusami, acara ini hanya dilaksanakan satu tahun satu kali. Sayangnya Tahzan tidak bisa ikut berpartisipasi dalam acara itu.
Suasana sore ini begitu sinkron dengan suasana hati Tahzan, Tahzan begitu murung, dan menahan dingin. “Zan, masuklah ! Hari sudah hampir gelap, nanti bisa-bisa kamu masuk angin dan sakit.” Tapi Tahzan menolak nenek. Wanita tua itu tersenyum sekaligus terenyuh melihat Tahzan,”Tahzan...” neneknya berkata sekali lagi sambil memegang lengan Tahzan, tiba-tiba air mata Tahzan mengalir membelah pipinya.
 “Sudahlah, kau harus tabah menghadapi semua ini, nenek hanya bisa berharap kau bisa kuat, demi ibumu.” Nenek meninggalkan Tahzan di ruang tamu. Tahzan kini sendiri menatap ruangan yang sekarang kosong begitu sepi, ia mengingat disiang  hari tadi di ruang itu tak ada ruang lowong, tak ada celah sedikit pun di antara tubuh-tubuh yang saling berimpitan itu. Ia dorong mereka dengan marah, melawan tangan-tangan yang balas mendorongnya. Ia hanya bisa menangis menjerit kesakitan saat ia berjuang menerobos kerumunan yang hendak membawa seseorang ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Hari ini serasa sangat singkat bagi Tahzan, dan Tahzan benar-benar merasa hari ini adalah mimpi buruk, yang ingin sekali ia selesaikan dengan cepat bangun dari tidurnya itu. Tapi sayangnya ini bukan mimpi, ini nyata, faktanya begitu banyak kejadian-kejadian yang  tak sangka-sangka terjadi dalam satu hari ini, bahkan hal teburuk terjadi.
 Ketika pagi hari, Tahzan sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolahnya, ia ingin sekali ikut acara Perjusami itu, segalanya memang sudah ia siapkan dari hari kemarin tanpa ibunya tau, karena Tahzan takut ibunya tidak akan mengizinkan Tahzan ikut acara Perjusami itu. Segudang rencana telah ia siapkan, mengingat Tahzan memang terbilang anak yang jenius di sekolahnya, ia jarang belajar tapi ia selalu masuk rangking 10 besar, ia senang sekali bermain tapi ia juga termasuk anak yang penurut. Setelah ia selesai mengepak semua barang-barang yang ia rasa akan ia butuhkan, ia turun dari kamarnya, membawa semua yang telah ia persiapkan itu, sambil memikirkan rencana-rencana yang akan ia bagikan kepada teman-temannya nanti disekolah. 


“ Pagi Bu “ sapa Tahzan riang, ibunya belum membalas sapaan Tahzan, mungkin terlalu serius memasak makanan, atau bahkan tidak terdengar, tapi itu bukan masalah bagi Tahzan. Tahzan langsung duduk di meja makan menunggu ibunya selesai memasak sarapan. Lalu tak lama kemudian ibunya datang membawa apa yang telah dibuatnya tadi, “Pagi sayang” ibunya mengecup kepala Tahzan, lalu mereka mulai makan. Saat makan Tahzan mulai berpikir memilih kata-kata apa yang akan ia pilih untuk  ia katakan sekarang pada ibunya dalam meminta izin mengikuti acara Perjusami, lalu Tahzan memulai meski makanan tinggal satu sendok lagi untuk ia
“Bu....”
“Iya apa Tahzan?, sebaiknya kamu habiskan dulu makanan dipiringmu” ibunya membalas.
“Baiklah bu” Tahzan menyuapkan makanan terkhirnya, dan memulai kembali, “ Bu ijinkan Tahzan”
“Apa maksudmu Tahzan ?” ibunya memang terlihat bingung dengan apa yang Tahzan bicarakan.
“Tahzan pingin ikut acara Perjusami kali ini bu, tahun lalu ibu ga ijinin Tahzan, trus Tahzan nurut tahun lalu, tapi kali ini Tahzan harap ibu izinin yaa” ucap Tahzan penuh harap.
“Tahzan” ucap ibu Tahzan terdengar kecewa.
“Kenapa sih Bu, ibu gak izinin Tahzan knapa bu ? egois banget ih ibu” nada Tahzan sedikit memaksa.
”Bukan begitu Tahzan, tapi ibu takut” ibunya berhati-hati untuk berkata.
“Takut kenapa bu ? ah ibu” Tahzan kesal. 



Perdebatan dilakukan di ruang makan yang  bercat putih kelabu itu, di atas meja makan yang makanan yang sudah habis disantap, tapi peralatan belum dibereskan, masih ada air di gelas yang belum habis diminum, dan akhirnya Tahzan berkata “ibu, jujur Tahzan pingin ikut banget, dari kemarin Tahzan uda mempersiapkannya tanpa ibu tahu” ucap Tahzan terdengar memohon. Lalu ibu tertunduk dan berkata “Jangan pergi sayang” nada suaranya lirih dan lembut mengalun indah.
“tap.tapi bu, Tahzan harus pergi sekarang, ini kesempatan terakhir buat Tahzan ikut Perjusami, tahun nanti kelas 9 gak boleh ikut” Tahzan hampir tak sadar ia membangkang pada perkataan ibunya, Tahzan lalu membawa tasnya dan segala sesuatu yang telah ia siapkan, ibunya diam masih tertunduk memegang dadanya, Tahzan berpikir apakah penyakit jantung ibunya kambuh?, tapi Tahzan terus berjalan cepat lalu melewati meja makan, dan tanpa sengaja ia menyenggol gelas minum ibunya dan jatuh pecah di lantai, ibunya diam, Tahzan pun diam karena kesal, Tahzan berpikir ibunya egois tidak ingin anaknya bahagia, tidak boleh bersenang-senang dan berpikir ibunya berpura-pura diam karena ia pikir ibunya mencoba menipu agar Tahzan tidak berangkat Perjusami. 


“Tahzan jantung ibu sakit sekali nak” akhirnya ibunya berkata. “ibuuu, jangan bercanda. Ibu Cuma menipu Tahzan kan kalau ibu sakit? Biar Tahzan gak ikut Perjusami, yakan bu ? Tahzan tau penyakit jantung ibu udah lama ga pernah kambuh,! Jadi percuma ibu bilang gitu Tahzan gak percaya,” selama beberapa detik sepi sekali, hanya terdengar kicau burung diluar rumah, suasana di luar cerah sekali. Lalu Tahzan menambahkan “ Ibu meding beresin pecahan gelas minum ibu, Tahzan ga sengaja pecahin gelas ibu, maaf bu! Sekarang Tahzan mau berangkat sekarang” Tahzan pun mulai melangkah menuju pintu, lalu ketika ia membuka pintu ia melihat seperkian detik ibunya berdiri, dan Tahzan pun senang melihat itu, lalu ia langsung menghambur keluar rumah menyapa pagi di bawah langit yang berwarna biru sempurna, matahari belum terlalu jauh meninggalkan tempat persembunyiannya, yakni di sudut gunung ufuk timur. Tahzan senang sekali bisa berangkat ke sekolah mengikuti acara perjusami.


Akhirnya Tahzan tiba disekolah, Tahzan mulai menceritakan hal apa saja yang terjadi sebelum ia berangkat, dan salah satu dari temannya berkata "Zan, gak aku sangka kamu bisa ikut Perjusami di tahun ini, kau beruntung, tapi Zan ibumu sungguh tak apa-apa.?” dan Tahzan menjawab sambil tersenyum “ Awalnya aku mengira ibu benar-benar kambuh penyakitnya, tapi ku pancing ibuku, dan benar ketika aku membuka pintu hendak berangkat, ibu sudah berdiri”. Lalu Tahzan meneruskan menceritakan rencana-rencana apa yang akan telah ia pikirkan kepada teman-temannya. 


Hari semakin siang. Siang itu terasa begitu terik, angin pun berhembus kencang, saat itu Tahzan sedang mendirikan tenda di tempat perkemahan, tiba-tiba terdengar panggilan dari pusat suara “Perhatian-perhatian bagi siswa yang bernama La Tahzan di tunggu di pusat suara." Tahzan terkejut, ia bicara sendiri sambil terheran “Ada apa ya ibu dateng kesini ? baru juga beberapa jam Tahzan pergi. Ibu memang orang yang paling sayang ke Tahzan, dan sebaiknya Tahzan minta maaf ke ibu sekarang atas kejadian tadi.” Dan tiba-tiba salah satu teman Tahzan berkata “Zan, sepertinya ibu mu dateng bawa makanan! Bagi-bagi ya nanti. Aku yakin ibumu bawa banyak, ibumu kan sangat baik sekali.” Lalu Tahzan tersenyum senang dan menjawab “Bukan masalah friendJ haha*, iya dong tentunya ibuku adalah orang yang paling baik di seluruh duniaaa.” 


Sesampainya Tahzan di pusat suara, ia mencari-cari wanita cantik yang berhati lembut yakni ibunya, tapi ia tidak melihatnya, justru yang ia temukan adalah wanita tua yang wajahnya memang mirip ibunya itu, “Nenek? Ko Nenek disini? Nenek kapan kesini nek ?,” nenek tidak menjawab. Lalu Tahzan bertanya kembali“Nek mana ibu? Nenek kesini sama ibukan? Ibu tadi ga marahkan sama Tahzan?” Neneknya tetap diam seribu bahasa, tapi tanganya yang sudah rapuh memegang kepala Tahzan. Tahzan semakin bingung, lalu ia melepaskan tangan Nenek dari kepalanya dan berkata semangat “Mana ibu nenek? Tahzan pingin ketemu ibu, Tahzan pingin cerita ke ibu, asik banget ternyata Perjusami ini,padahal baru hari pertama,” dan akhirnya Neneknya berkata “La Tahzan.!” Tahzan kembali berkata “oiyaa itu nama terbaik yang diberikan ibu bukan? Ngomong-ngomong mana ibu? Tahzan sebenernya pingin minta maaf juga ke ibu.” “Segeralah pulang nak, semuanya menunggumu di rumah,” nenek menjawab.


Tahzan akhirnya pulang tanpa berpikir panjang, hatinya mulai gelisah karena tak seperti biasanya Nenek datang tiba-tiba dan tentu saja hati Tahzan terfokus pada malaikatnya yang tak kunjung menghubunginya sejak pagi tadi.
 Tibalah Tahzan dan nenek di rumah sederhana tempat Tahzan dan ibunya berlindung. Kini ada yang berubah dari rumahnya, rumah itu kini ramai, yang biasanya ditempati hanya berdua, oleehnya dan oleh ibunya. Ketika semakin dekat dengan rumah ia melihat banyak sekali orang di dalam rumah, dan seketika ia lari dengan cepat masuk rumah dan berteriak “Ibu-ibu Tahzan pulang. Tahzan ga jadi ikut Perjusami bu.” Tahzan berlari menuju kamar ibunya sambil terus berteriak memanggil ibunya tanpa memperdulikan puluhan orang-orang yang berada di rumahnya dan menyaksikan dirinya seperti orang gila. Dan akhirnya Tahzan turun dari loteng kamar ibunya dan berteriak marah“Mana ibu? Kalian sedang apa disini? Pa RT mana ibu Tahzan? Ko kalian liatin Tahzan gitu sih ? hey-hey ibu-ibu bapak-bapak tolong jawab pertanyaan Tahzan, saya mohon,” ketika itu Neneknya langsung memeluk Tahzan dan berkata “Sabarlah La tahzan! ibumu ditemukan pagi tadi sudah meninggal di depan meja makan oleh Pa.RT yang hendak mengambil  baju jaiatan hasil ibumu sayang,” seketika Tahzan sadar ada yang terlihat seperti guling besar di tengah ruangan, dan barulah ia sadar itu adalah jenazah ibunya. Seketika air matanya mengalir deras hati Tahzan mungkin hancur remuk berkeping-keping, dan Tahzan berteriak “bohooooooooong,” sambil menuju jenazah itu, tapi ia tak berhasil, karena jenazah itu segera di angkat masyarakat hendak di makamkan, karena jenazah itu telah selesai di urus layaknya jenazah, dimandikan, dikafani dan di sholatkan, semuanya telah selesai tanpa Tahzan tahu.

Tahzan kini menjadi anak yatim piatu, ia sangat menyesal sekali tidak menuruti apa keinginan ibunya, menyesal telah meninggalkan ibunya sendiri, keyakinannya bahwa semua terjadi karena ulah dirinya sendiri. Kini Tahzan mengetahui alasan ibunya melarang ia pergi, Nenek menceritakan hal yang Tahzan belum tahu, sekarang ia tahu kapan dan kenapa ayahnya meninggal, Tahzan berpikir mungkin ibunya takut kehilangan Tahzan jika ia mengikuti Perjusami, karena ibunya takut kejadian serupa dengan suaminya menimpa anaknya, ternyata suaminya sekaligus ayah Tahzan itu adalah seorang guru Pramuka, dan meninggal jatuh dari jurang di hutan ketika Perjusami.

Lia Waliyah

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar